Keberhasilan sesuatu usaha / perjuangan yang rumit dan berliku –
liku jalan yang harus dilaluinya, sungguh merupakan kebahagiaan
tersendiri, yang tak dapat dinilai dengan apapun.
Betapa tidak, karena yang awalnya bermodalkan 0 (nol ), baik gedung,
fasilitas praktek, tenaga pengajar dan dana, semuanya semata – mata
hanya diperoleh dengan mengandalkan kerelaan orang lain yang mau
membantu meminjamkan fasilitas yang diperlukan dalam rangka pendirian
STM di Garut.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Sidharta
Kepala SMA Negeri Garut yang rela meminjamkan ruang belajar teori,
demikian pula untuk Bapak Kepala STN yang telah merelakan ruang
prakteknya dipakai STM.
Tidak lupa kepada guru – guru dan TU, baik dari STM Instruktor
Bandung, IKIP, Inspeksi Pendidikan Teknik maupun dari STN Garut dan lain
sebagainya saya ucapkan terima kasih.
Pendirian STM tidak dapat dipisahkan dengan pendirian sekolah
persamaan STN. Yang dapat diterima menjadi siswa adalah khusus lulusan
SK ( Sekolah Kerajinan ) Negeri yang lama belajarnya hanya 2 tahun.
Lulusan SKN tidak dapat melanjutkan pendidikannya dan harus bekerja.
Sedangkan usia lulusan SKN sama sekali belum cukup umur untuk masuk
usia kerja. Lulusan dari persamaan STN dapat melanjutkan
pendidikannya kejenjang lebih tinggi.
Setelah selesai sekolah Persamaan STN, sebuah pertanyaan yang terus
bergejolak dalam hati, mengapa Garut tidak mampu untuk memiliki STM,
padahal pada saat itu selalu digemborkan bahwa teknologi merupakan
tulang punggung negara. Dengan keadaan yang sangat terpaksa lulusan STN
atau mau melanjutkan pendidikannya harus mencari STM di kota lain,
yang dengan sendirinya menambah beban biaya orang tua. Pada awal tahun
1963, sekalipun dengan modal nol saya merintis, mengajukan gagasan
pendirian STM di Garut kepada rapat dewan Guru STN. Rapat saya pimpin
sendiiri selaku Ketua Dewan Guru. Hasilnya sungguh diluar dugaan,
karena hanya Sdr. Oman Romlan saja yang mau menerima gagasan tersebut,
sedangkan ada sebagian yang tidak yakin bahwa STM dapat dibuka dalam 2
atau 3 tahun lagi, sebagian lainnya tidak bersuara. Hati berkata,
jawaban bukan dengan lisan tetapi dengan perbuatan nyata. Keputusan
rapat Dewan Guru menjadi motivasi untuk terus berjuang.
Rapat saya tutup dan diluar berbicara khusus dengan Sdr. Oman Romlan (Alm., tentang tekad saya.
Kesimpulan pembicaraan, dengan modal nol saya edarkan keseluruh STN
dan SMPN se-jawa barat, bahwa di Garut telah dibuka STM Garut
sekalipun pada saat itu tahun pengajaran sudah dimulai.
Alhamdulilah tahun 1963, sambutan masyarakat positif terdaftar 50 orang siswa untuk dua jurusan.
Setelah ada beberapa pendaftar, baru disibukan dengan upaya – upaya
mencari pinjaman tempat belajar, tenaga pengajar dan lainnya yang
sangat diperlukan. Semuanya dapat dipenuhi.
Pada tahun 1963 awal berdirinya STM di Garut, tidak bernaung pada
salah satu organisasi atau badan hukum apapaun, karenanya saya diberi
nama STM GARUT dan lokasi belajarnya teori di Jalan Gagak Lumayung –
Sukaregang bangunan darurat SMAN dan praktek di STN. Sedangkan guru –
gurunya seperti yang telah disebutkan diatas. Modal keuangan semata –
mata hanya diperoleh dari siswa dan yang pertama menyerahkan bantuan
(modal awal) sebelum sekolah berjalan yang pada akhirnya dianggap
uang pangkal adalah Sdr. Nani dari Kepolisian.
Pada awal tahun 1964 sejalan dengan perjuangan YAYASAN PEMBINA TEKNIK
(YPPT) di Bandung dan sekretariatnya berkedudukan di Inspeksi daerah
Pendidikan Teknik (sekarang menjadi kantor pendidikan menengah
kejuruan) dimana saya termasuk salah seorang pengurus diantara penguru
– pengurus lainnya diantaranya Bapak Harta Sutisna, Bapak Rochadi,
Bapak Noor Rachmat dan lainnya, yang sedang gencar dan penuh semangat,
dengan tekad yang bulat sekalipun harus menanggung resiko dipecat
sebagai guru, setiap Kabupaten di Jawa Barat harus memiliki minimal
sebuah STM sekalipun berstatus swasta.
Langkah pertama, menginvertarisir minimal seorang dari setiap Kabupaten yang punya jiwa juang.
Langkah kedua mengundang mereka ke Bandung, untuk diberi penjelasan,
dibina, dan tugas, agar disetiap kabupaten dimana mereka berdomisili
harus berdiri minimal sebuah STM sekalipun berstatus swasta, dengan
limit waktu satu bulan sejak pengarahan. Disetiap kabupaten yang telah
berdiri STM diwajibkan membuka kantor YPPT Perwakilan dari Bandung,
dengan akte notaris sebagai landasan pendirian STM, Anggaran Dasar
dan Rumah Tangga dan peraturan lainnya, semuanya menginduk YPPT Pusat
Bandung.
Alhamdulilah sekalipun khusus untuk Kabupaten Garut telah mendahului
satu tahun dari pelaksanaan program YPPT Pusat di Kabupaten lainnya
se–jawa barat telah didirikan sebuah STM swasta.
Pada saat program YPPT pusat dimulai, langsung STM Garut tanpa ragu
menyatakan dirinya masuk dalam lingkungan dan naungan YPPT Pusat,
tunduk dan taat kepada semua ketetapan dan keputusan YPPT.
STM Garut yang semula seperti anak ayam kehilangan induknya, pada
saat itu dapat beridiri lebih tegak karena mempunyai induk yang siap
membantu dalam menghadapi berbagai kesulitan yang tidak biasa
diselesaikan sendiri.
Sungguh sangat hebat dan mulia daya juang guru-guru dan staf tata
laksana, sangat perlu mendapat tambahan pendapatan (honorarium) akan
tetapi dengan hati yang ikhlas, tenaga, fikiran, dan waktu disumbangkan
demi kemajuan sekolah yang mereka bina bersama sama, membantu
pemerintah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
Dana yang diterima sekolah dari 450 orang siswa, semuanya
dikembalikan untuk kesejahteraan siswa baik untuk pengadaan kebutuhan.
Pelajaran teori, praktek,kelancaran administrasi sekolah maupun
honorarium Guru dan TU yang jumlahnya relatif kecil tidak memadai dengan
keringat yang mereka keluarkan.
Sekolah berkembang terus, tiap tahunnya animo terus bertambah,
jurusannyapun bertambah dari dua jurusan menjadi tiga jurusan, ditambah
dengan jurusan listrik.
Kalau awal berdirinya STM saya disibukkan dengan mencari tempat
belajar, menghimpun tenaga sukarelawan yang mau mengajar secara ikhlas
di STM Garut lain halnya setelah Sekolah berkembang dan masuk tahun
ketiga saatnya siswa harus menghadapi ujian akhir, upaya apapun yang
harus dilalui, untuk kesejahteraan siswa harus dilakukan.
Terobosan pertama yang didukung oleh Pak Tatang (salah seorang
pendiri STN Garut) yang pada saat itu berkedudukan di Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, katanya tersedia mesin – mesin dan
alat praktek, yang dapat dibawa ke Garut bila ada pernyataan dari
Bupati bahwa di Garut telah dibuka STM.
Dua kali dalam dua minggu berturut-turut dengan penuh harapan untuk
memperoleh pernyataan dari Bupati, dua kali pula memperoleh jawaban
yang sama, “ JANGANKAN MEMBUKA SEKOLAH, KABUPATEN PUN DEFISIT “ dan
dua kali saya menjawab yang sama, “ SAYA DATANG BUKAN UNTUK MENGEMIS,
APA HUBUNGANNYA SURAT PERNYATAAN DENGAN DEFISIT “. Tak ada jawaban,
karena penuh rasa penyesalan dan jengkel, saya pulang dan permisi
dengan memukulkan tangan kemejanya.karena Garut tidak berhasil
memperoleh surat pernyataan, mesin – mesin dan sebagainya dikirim ke
Tasikmalaya.
Terobosan kedua, proposal saya serahkan kepada Ketua Yayasan
Pembangunan Garut yang diketuai oleh seorang kolonel yang diterima
dengan baik. Setelah diolah kembali oleh yayasan, diserahkan kepada
Bupati dan Bupati bias menerima, Dana pada tanggal 17 agustus 1964
diumumkan / dilaporkan kepada masyarakat bahwa di Garut telah dibuka STM
merupakan hasil karya pemerintah Kabupaten Garut.
Dengan diserahkannya proposal ke Yayasan dan berdirinya STM di Garut
diakui hasil Pemerintah Garut, bagi saya tidak merasa dirugikan
apapun, bukan popularitas yang menjadi tujuan, namun hasil perjuangan
yang diutamakan dan diharapkan.
Selaku rakyat kecil saya dengarkan pengumuman Bupati sambil berdiri
diluar pagar tembok kabupaten disertai senyum, hati berkata, beginilah
cara kerja pemimpin. Bukan isi usul yang dicermati, tetapi lebih
kepada “ siapa yang datang “.
Terobosan ketiga, saya kemas secara apik upaya penegerian sekolah,
dengan harapan menjadi garapan YPPT Pusat, disamping penjelasan –
penjelasan lainnya yang paling digaris bawahi pelaksanaan ujian akhir,
yang dihubungkan dengan tanggung jawab orang tua yang mau tidak mau
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk anaknya yang harus ujian di
kota lain.
Alhamdullilah gagasan STM Garut disambut dengan baik, dalam rapat
diputuskan upaya penegerian bukan hanya Garut saja, tetapi akan
diperjuangkan seluruh STM yang ada di Jawa Barat, yang dibawah naungan
YPPT. Keputusan kedua ditetapkan hari keberangkatan ke Jakarta. Tiga
kali YPPT bertemu dan berbicara dengan Bapak – bapak pimpinan yang ada
di Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan di Jakarta, untuk
membahas penegerian STM YPPT yang ada di Jawa Barat. Hasil akhir
sangat menggembirakan, bahwa STM YPPT se – Jawa Barat akan
dinegerikan bersama – sama secara maraton, harinya berbeda satu hari
dari Kabupaten satu dengan yang lainnya, dan nomor SK penegerianpun
hanya berbeda satu dari STM yang satu ke STM yang lainnya.
Tanggal 30 September 1965 giliran STM Garut untuk menerima SK
penegerian. Penyerahan surat keputusan (SK) penegerian disambut penuh
suka cita oleh semua pihak. Dalam hati saya hanya berucap,
alhamdullilah engkau maha pengasih dan penyanyang, dengan ridhomu,
siswa dapat diselamatkan dari rasa khawatir harus mengikuti ujian
ditempat lain. Terhapuslah bayangan adanya tambahan pengeluaran
biaya, untuk makan, tidur, transport dan biaya sekolah tempat mereka
ujian.
Bukan hanya siswa dan orang tua saja yang merasa gembira namun dirasakan pula oleh saya, guru-guru dan masyarakat Garut.
Perjuangan yang berliku – liku dan penuh dengan rintangan , akhirnya
dengan ridho Allah SWT, semua dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Dari tidak punya menjadi punya, dari tidak ada menjadi ada, Kabupaten
Garut memiliki Sekolah Teknik Menengah Negeri yang menjadi idaman
dan harapan masyarakat.
Pada tahun 1964 saya dipercaya untuk menjadi Kepala Sekolah Teknik
Negeri Garut, dan pada Tahun 1965 sambil menunggu ketentuan lebih
lanjut STM Negeri masih saya pimpin.
Pada saat saya diharuskan menghadap Kepala Inspeksi Pendidikan
Teknik,beliau dengan tandas mengatakan, tidak mungkin dua sekolah negeri
dipimpin oleh satu orang, beliau menyerahkan pada saya untuk memilih
apakah akan tetap di STN atau mau jadi Kepala STM Negeri.
Jawaban saya, menjadi Kepala STM bukan keinginan saya, tetapi
ditentukan dan diangkat oleh Bapak. Perlu Bapak ketahui bahwa upaya saya
dan kawan-kawan untuk mendirikan STM semata-mata bukan karena ada
pamrih, ingin menjadi kepala STM N, tetapi berjuang agar Garut menambah
kekayaan pendidikannya, membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan
anak bangsa. Tak sedikitpun saya berharap dengan hasil perjuangan
untuk mendapat imbalan menjadi kepala STM Negeri Garut.
Masalah jabatan semuanya menjadi wewenang Bapak, dimanapun saya akan
ditempatkan insyaallah tidak akan ada protes, ketetapan Bapak saya
anggap bersifat mutlak, akan saya laksanakan sebaikbaiknya dan semampu
mungkin.
Jawaban beliau sambil memberi salam, beliau mengatakan “ saudara
ditetapkan untuk menjadi Kepala STM Negeri Garut “ < Ucapan selamat
saya terima dengan rasa terharu dan dalam hati sambil menunduk
bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, memohon Ridho dan bimbingannya.
Selajutnya beliau memberikan nasihat dan petunjuk, akhirnya
memerintahkan untuk segera mengadakan persiapan seperlunya dalam
pelaksanaan timbang terima sebagai Kepala ST Negeri.
Dengan perubahan status, sebagai langkah awal, rapat staf harus
segera dilaksanakan untuk pembenahan organisasi, administrasi sekolah
dan lain sebagainya yang menunjang kelancaran belajar mengajar.
Sejak tahun 1965 lokasi sekolah pindah dari Jalan Gagak Lumayung
Sukaregang (bangunan SMAN Garut) ke Jalan Gunung Payung bekas sekolah
China yang diduduki oleh anak –anak KAPI STM Negeri kondisi sekolah
dengan bangunan permanennya, lebih tertata rapih kalau dibandingkan
dengan keadaan semula.
Pada awal tahun pengajaran 1966, animonya sangat banyak dan jauh dari daya tampung sekolah.
Pada tahun itu pula alhamdullilah mendapat tambahan ruangan belajar
sekalipun bersifat pinjaman dari CV. Haruman sebuah pemborong yang
bergerak membangun sekolah-sekolah se Indonesia. Lokasinya sekalipun
agak jauh dari Jalan Gunung Payung, bolak – balik antara Jalan Gunung
Payung ke Daerah Haurpanggung dan Tutugan Leles.
Dengan animo yang sangat jauh jumlahnya kalau dibandingkan dengan
daya tampung sekolah, kembali kami harus berpikir dan berbuat untuk
menolong masyarakat. Pertolongan apa yang bias diberikan untuk mereka.
Kesimpulan saya yang mendapat dukungan penuh dari pengajar, bersepakat
untuk menghidupkan kembali YPPT yang mengawali berdirinya STM
Negeri.
Kembali saya proklamirkan bahwa di Garut dibuka STM YPPT, dibawah
naungan, koordinasi dan tanggung jawab STM Negeri. Saya beserta staf
mengatur demi kelancaran proses belajar mengajar baik di Negeri maupun
di STM YPPT. Alhamdullilah 2 sekolah berjlan tanpa ada gangguan
berarti. Sampai sekarang 2 sekolah negeri dan YPPT berjalan dengan
perkembangan masing-masing. Perkembangan STM YPPT sekarang saya tidak
mengetahui apa-apa, karena walaupun saya selaku pendiri tidak pernah
lagi diajak bicara, malah dalam akte notaris yang dibuat sendiri oleh
mereka ( tanpa pemberitahuan dulu pada saya ), nama saya sama sekali
tidak tercantum.
Perkembangan STM Negeri sungguh sangat menngembirakan, dilihat dari
aspek organisasi, administrasi, sarana dan prasarana dan lainnya
sungguh sangat bangga kalau dibandingkan dengan kondisi selama 13
tahun saya memimpin STM Negeri Garut.
Alhamdullilah bakti untuk tempat kelahiran saya sekembalinya bertugas
mengajar di Tanjung Enim (SUMSEL) dari tahun 1957 s/d akhir 1959
dipersembahkan 3 buah karya. Yang pertama menolong lulusan anak-anak SKN
dengan persamaan STN-nya, kedua Sekolah Teknik Menengah Negeri dan
Ketiga STM YPPT. Semoga amal bakti diterima Allah SWT, bermanfaat bagi
nusa, bangsa dan agama. Amin.
Tidak menutup kemungkinan kalau dalam penyusunan bahan untuk
pembuatan buku sejarah pendirian STM Negeri Garut banyak kesalahan dan
kekeliruan. Semuanya itu terjadi karena kebodohan dan ketidakmampuan
untuk merekan kejadian atau peristiwa 40 (empat puluh tahun) yang
silam, dari upaya mendirikan STM tahun 1963 sampai keadaan sekarang
tahun 2004.
Saya mohon maaf yang seikhlas-ikhlasnya, saran dan kritikan selalu
saya nantikan demi lurus dan benarnya sejarah berdirinya STMN Garut.
H. Djoehara